2006-02-02

Jakarta sejenak

Saya baru kembali dari Jakarta untuk mengunjungi sanak saudara dalam rangka Tahun Baru Imlek. Enak juga bisa bertemu dengan keluarga saya di Jakarta setelah beberapa lama.

Melewati jalan-jalan di Jakarta, yang paling mencolok bagi saya ada dua.


Pertama, di dekat rumah saya, ada ruas jalan yang sangat rusak namun tidak diperbaiki. Karena hujan, jadi seperti kolam yang cukup luas. Katanya jalan itu milik kota, jadi tanggung jawab kota untuk memperbaiki. Tapi mungkin juga karena tidak ada orang yang merasa memiliki jalan itu.


Yang kedua, Busway. Penduduk Jakarta pasti tau dan sedikit banyak merasakan dampak Busway ini. Bagi pengguna, tentu positif karena Busway ini cukup nyaman digunakan (bersih dan cepat). Tapi, menurut saya alangkah lebih baik jika seluruh sistem kendaraan umum di Indonesia bisa diubah dari sistem setoran menjadi sistem gaji (seperti Busway). Dengan demikian, tidak ada bus atau angkot yang berhenti di tengah jalan ramai demi mengangkut penumpang dan akhirnya menyebabkan kemacetan parah atau bahkan kecelakaan.


Sekembalinya ke Jogja, terasa sedikit lebih nyaman biarpun lalu lintas hampir sama kacaunya. Semoga pembicaraan baru-baru ini tentang perubahan sistem kendaraan umum dari sistem setoran menjadi sistem gaji bisa menjadi kenyataan.

Di pesawat Garuda, saya membaca satu artikel cukup menarik yang tercetak pada majalah bulanan Garuda. Artikel ini ditulis oleh Gede Prama. Ada satu bagian yang cukup bagus untuk direnungkan. Kira-kira begini (saya tidak hafal): tiap pagi orang membangunkan raga tapi tidak membangunkan jiwa, tiap ulang tahun orang berpikir bertambah umur tapi tidak berpikir bertambah bijak (dan ada satu lagi tapi saya lupa). Tapi ada baiknya kita merenungkan hal-hal tersebut dan mensyukuri semua yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Kejadian buruk yang kita alami juga pasti ada maknanya, tinggal kita saja yang sabar dan bijak dalam mencari makna tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar